Warisan Budaya
Mengenal Tari Besayak, Warisan Budaya Tak Benda Asal Kabupaten Merangin
Pagelaran Malam Gelar Seni Tradisi dan Anugerah Budaya Jambi berlangsung pada Rabu (6/1/2021) malam.
Mengenal Tari Besayak, Warisan Budaya Tak Benda Asal Kabupaten Merangin
TRIBUNJAMBIWIKI.COM, JAMBI - Pagelaran Malam Gelar Seni Tradisi dan Anugerah Budaya Jambi berlangsung pada Rabu (6/1/2021) malam.
Dalam pagelaran ini, tiga seniman menerima penganugerahan dari Pemerintah Provinsi Jambi, satu di antaranya adalah Mat Rasul.
Puluhan pasang mata tertuju ke tengah panggung pada sebuah gedung di Taman Budaya Jambi, malam itu. Seorang laki-laki sepuh berjalan pelan ke panggung.
Baca juga: Kantor Bahasa Provonsi Jambi Susun Kamus Bahasa Daerah, Target Inventarisasi 1.000 Kosa Kata
Baca juga: Sukardi Gau dan Kecintaan terhadap Bahasa Indonesia, Sepotong Kisah Kepala Kantor Bahasa Jambi
Dia mengambil dua tempurung yang terletak. Diambilnya dengan kedua tangan dan, suara getokan dua tempurung itu terdengar.
Itu adalah tari besayak, tarian tradisional yang berasal dari Desa Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin.
Mat Rasul adalah keturunan keempat dari generasi pencipta Tari Besayak. Gerakan tariannya diiringi suara batok kelapa yang saling dibenturkan. Iringan musik rebana, gendang, dan biola menjadi pengiring lainnya.

Nama tari besayak atau tari sayak diambil dari kata sayak yang artinya tempurung oleh masyarakat lokal di Air Batu. Tarian ini dibawakan oleh satu sampai tiga orang laki-laki.
Mat Rasul melenggak-lenggokkan badannya mengikuti iringan musik. Suara tempurung terdengar pada sela-selanya.
Tarian ini telah ditetapkan sebagai satu di antara warisan budaya tak benda dari Provinsi Jambi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Baca juga: Wawancara Ekslusif dengan Kepala Kantor Bahasa Provinsi Jambi, Susun Kamus Bahasa Jambi
Baca juga: HUT ke-64, Begini Sejarah Terbentuknya Provinsi Jambi, Mekar dari Sumatera Tengah