Wawancara Ekslusif
Historikal Hutan Jambi dari Waktu ke Waktu, di Pandangan Direktur KKI Warsi
Luasan hutan di Jambi terus berkurang. Sejak 1970-an hingga sekarang, hutan di Jambi terus dieksploitasi.
Historikal Hutan Jambi dari Waktu ke Waktu, di Pandangan Direktur KKI Warsi
TRIBUNJAMBIWIKI.COM, JAMBI - Luasan hutan di Jambi terus berkurang. Sejak 1970-an hingga sekarang, hutan di Jambi terus dieksploitasi.
Direktur KKI Warsi, Rudi Syaf memaparkan histori perkembangan hutan di Jambi hingga upaya-upaya yang dilakukan bersama untuk menjaga hutan. Berikut kutipan wawancara Tribun Jambi bersama Rudi Syaf.
Tribun: KKI Warsi termasuk satu di antara yang fokus untuk memperhatikan lingkungan, termasuk hutan. Bagaimana histori hutan di Jambi dari waktu ke waktu?
Rudi: Saya memang melihat sejarah historikal perkembangan dari waktu ke waktu, terkait dengan eksploitasi sumber daya alam. Jadi kalau kita lihat, tahun 1970-an di Jambi itu sekitar 72 persen adalah kawasan hutan. Pada tahun 1971 juga, hampir 80 persen dari kawasan hutan tadi itu HPH (hak pengusahaan hutan).
Baca juga: Kisah Suhaili, Pencipta Lagu Benteng Tembesi Warisan Negri, Juara Satu Parade Lagu Daerah
Hutan dieksploitasi untuk diambil kayunya. Barulah kemudian dimulai pertengahan tahun 80-an itu masuk sawit. Nah, HPH yang tadi mengambil kayu itu sebagian, yang secara tata ruang statusnya adalah kawasan hutan produksi konversi, itu dikonversi menjadi kebun sawit.
Tribun: Apa itu terjadi semenjak transmigrasi?
Rudi: Ya, begitu, memang beriringan dengan masuknya kelapa sawit itu diawali masuk dulu transmigrasi. Kalau kita lihat di Jambi ini tahun 1974 sampai dengan 1978 itu dibangunkan Sumatera, yang membelah Pulau Sumatera itu.
Tribun: Apa itu berpengaruh terhadap hutan di Jambi?
Rudi: Itu juga membelah Jambi. Beriring selesainya Trans Sumatera, masuk transmigrasi. Pertama kali ke Rimbo Bujang, ada Kuamang Kuning, ada Pamenang, ada Singkut, itu yang besar-besar. Itu semua mengikuti Trans Sumatera jalurnya.
