Jembatan Tua di Bungo
Jembatan Rantau Keloyang, Jejak Peninggalan Kolonial Belanda di Bungo 1937
Menurut penuturan masyarakat setempat, jembatan itu selesai dibangun pada 1937, saat masa penjajahan Belanda.
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Konon, sekitar awal 1900-an, orang-orang Belanda mulai berdatangan ke Kabupaten Bungo. Kedatangan mereka hingga kini masih meninggalkan jejak.
Berikut peninggalan masa kolonial Belanda yang Tribunjambi.com himpun.
Jembatan Rantau Keloyang
• Lika-liku Kuala Tungkal dan Keluarga Mia Pembuat Kletek Udang, Potensi Daerah
• Dari Lapangan Terbang Paal Merah Jadi Bandara Sultan Thaha Jambi, sejak Zaman Belanda
• Keistimewaan Nanas Tanjab Timur, Ini yang Membedakan dengan Daerah-daerah Lain, karena Gambut?
Hingga 2018 lalu, masyarakat Dusun Rantau Keloyang masih bergantung pada sebuah jembatan tua sebagai akses transportasi menyeberangi Sungai Batang Pelepat.
Kini, sudah dibangun jembatan baru, tepat di sebelah jembatan tua.
Jembatan Rantau Keloyang namanya.
Menurut penuturan masyarakat setempat, jembatan itu selesai dibangun pada 1937, saat masa penjajahan Belanda.
Syafrial, Kasi Pemerintahan Dusun Rantau Keloyang menjelaskan, jembatan itu pertama kali dibangun dengan kayu bulian.
"Kalau tengok dari tahun yang tertulis di sana, tahun 1937, tapi mungkin bisa sebelum itu dibangunnya. Pertama kali pakai kayu bulian," tuturnya.
Namun, informasi lain yang Tribunjambi.com peroleh, jembatan itu mulai dibangun pada awal 1920-an. Dulu, jembatan itu menjadi akses jalan yang dibuat kolonial Belanda untuk menghubungkan lintas Sumatera.